Borong, manggaraitimurkab.go.id -  Siang ini kabut masih begitu akrab membungkus kawasan Rana Mese yang terletak di jalur Trans Flores, meski beberapa wilayah sekitarnya begitu cerah di musim kemarau bulan September ini. Jumat, 29 Agustus 2017. Angin dingin begitu menusuk terasa hingga tulang seolah mengucapkan selamat datang kepada setiap orang yang melewati kawasan wisata yang terletak di Desa Golo Loni, Kecamatan Rana Mese, Kabupaten Manggarai Timur (KMT).

Setelah menempuh perjalanan dengan sepeda motor selama 55 menit dari Borong, ibu kota KMT, akhirnya kami tiba di Danau Rana Mese. Hawa sejuk dan kicauan burung Belibis membawa kami dalam nuansa alam yang begitu asri dan alami. Danau yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Timur, Resort Taman Wisata Alam Ruteng Wilayah III ini berada diantara gunung Mandusawu (2.400 mdpl) dan gunung Ranaka (2.140 mdpl). Dengan ketinggian tersebut suhu di kawasan ini sangat dingin dan selalu tertutup kabut meski di musim kemarau.

Menurut beberapa warga sekitar, danau ini dinamakan Rana Mese yang dalam bahasa daerah setempat (Bahasa Manggarai) berarti danau besar. Rana berarti danau dan Mese berarti besar.

Untuk menikmati keindahan danau Rana Mese dari dekat pengunjung harus membayar karcis di pintu masuk.  Untuk wisatawan nusantara yang umum pada hari biasa harus membeli karcis Rp5.000 dan pelajar Rp3.000 sementara pada hari libur pelajar membeli karcis senilai Rp4.500 sementara pengunjung umum harus membayar 7.000 rupiah. Sedangkan wisatawan mancanegara membayar karcis senilai 100.000 rupiah.

Setelah membayar karcis masuk kami segera melangkahkan kaki menyusuri jalan setapak yang sudah dirabat menuju danau Rana Mese yang berjarak sekitar 500 meter dari bibir jalan raya Trans Flores. Melangkahkan kaki di antara pepohonan yang berdiri begitu kokoh sembari menghirup udara segar yang berhembus ringan memberi kesan betapa alam ini begitu ramah terhadap manusia. Merasakan aroma khas hutan di bawah naungan rindang pepohonan yang hijau memberi kami energi lebih untuk segera mempercepat langkah kaki.

  

Sesampainya di tepi danau, mata dimanjakan dengan hamparan danau vulkanik seluas 11 hektar. Terlihat beberapa warga sekitar yang sedang memancing ikan dengan peralatan mancing tradisional. “Kalau rejeki kami bisa dapat ikan sebesar betis,” ujar Tinus, salah seorang warga yang sedang mempersiapkan alat pancingnya.   “Lumayan untuk makan malam sehingga tidak perlu beli ikan lagi,” lanjut pria 53 tahun Ini. Ya, alam memang menyediakan segalanya, manusialah yang harus bijak memanfaatkan kekayaan alam dengan sewajarnya tanpa harus serakah.

Sementara itu di pinggir danau terlihat ikan-ikan kecil berenang bergerobol seolah ikut menikmati karya agung Sang Pencipta ini. Suasana di tengah hutan lebat ini sungguh menentramkan hati. Yang terdengar hanyalah kicauan burung dan percikan air mengalir. Air danau ini mengalir ke arah timur dan dimanfaatkan untuk irigasi dan memenuhi kebutuhan warga akan air minum bersih.

Sesaat kami beristirahat di Shelter yang sudah disiapkan pengelola kawasan wisata ini bagi kenyamanan pengunjung. Selain itu tersedia juga beberapa toilet umum yang dibangun permanen untuk dimanfaatkan pengunjung.   

Kekaguman kami akan karya alam ini tidak berhenti sampai di situ. Setelah puas menikmati keindahan danau sedalam 43 meter ini, kami mengikuti penunjuk arah menuju air terjun di sisi timur. Rasa penasaran mempercepat langkah kami melalui jalan setapak sejauh 50 meter. Lagi-lagi mata dimanjakan dengan pemandangan air terjun yang sangat bening. Sesaat kami semua hanya terdiam, entah apa yang ada dalam pikiran masing-masing.

Setelah menikmati sajian keindahan air terjun di kawasan wisata alam ini kami segera kembali melanjutkan perjalanan hari ini. Rana Mese sungguh meninggalkan kesan yang merayu hati pengunjungnya agar suatu hari nanti bisa kembali lagi ke sini. Kembali untuk merasakan dekapan alam yang menenangkan hati. kominfokmt